belum lama ini kita sempat sibuk berdebat tentang perbedaan agama dan perbedaan mazhab dalam agama. Bukan hanya itu, kita bahkan tak terlalu segan untuk menumpahkan darah orang lain jika telah berbicara tentang kebenaran yang kita anut. Saling bunuh seolah menjadi sebuah keharusan dalam mempertahankan kebenaran yang kita anut.
Sesungguhnya jika kita sedikit berpikir lebih dalam, maka kita akan sampai pada sebuah pemahaman yang sederhana tetapi dapat menjadi salah satu cara untuk hidup dengan damai dan tak perlu ada perdebatan apalagi pertumpahan darah yang terjadi atas nama kebenaran yang kita anut.
Selalu saja kita sibuk pada hal-hal yang bersifat aksiden daripada hal-hal yang bersifat substansial. Kita terlalu sibuk memikirkan dan memperdebatkan nama tanpa memperdulikan siapa sieh sebenarnya pemilik nama. Apakah kita akan menyebut dia Allah SWT, atau Yahweh, atau Sang Hyang Widhi, atau apapun nama yang kita lekatkan atau DIA lekatkan pada dirinya. Nama tersebut bukanlah hal yang substansial. Lebih penting untuk mengetahui siapa pemilik nama-nama tersebut ketimbang memperdebatkan nama yang betul adalah nama yang mana.
Kebenaran itu tunggal. Karena kebenaran itu sempurna dan sempurna itu tunggal. Selain kesempurnaan hanyalah ketidak sempurnaan. Sehingga sempurna pastilah sebuah ketunggalan. Dan karena kesempurnaan itu tunggal, maka jalan menuju kesempurnaan juga pastilah sebuah jalan yang tunggal. Tetapi kendaraan menuju kebenaran tersebut dapat berbagai macam jenisnya.
DIA adalah kebenaran itu dengan banyak nama. Jalan menuju kepadanya pun hanya satu. Tetapi untuk menuju kepada-NYA kita dapat menggunakan berbagai jenis kendaraan yang berbeda.
Perdebatan yang sering muncul adalah perdebatan tentang tata cara menggunakan kendaraan yang berbeda-beda antara satu kendaraan dengan kendaraan yang lain. Kendaraan yang kita sebut sebagai agama. Atau lebih spesifik lagi disebut mazhab dalam agama.
Sehingga menurut saya secara sederhana kita tak perlu berdebat lebih jauh tentang kendaraan mana yang paling benar. Karena semua kendaraan itu benar. Tak perlu ada perdebatan tentang tata cara mana yang lebih baik. Karena masing-masing kendaraan memiliki caranya sendiri untuk berjalan.
Maka, ketimbang sibuk berdebat bahkan menumpahkan darah untuk hal yang tidak sepantasnya, maka lebih baik bagi kita untuk menjalankan kendaraan kita dengan caranya sendiri dan mulai berjalan menuju kebenaran. Bukankah hal itu lebih baik daripada sibuk berdebat dan mempersoalkan bagaimana orang lain mencoba untuk menjalankan kendaraannya sementara kita telah tertinggal karena tidak berjalan sama sekali.
Selamat menempuh perjalanan menuju kebenaran. Semoga selamat sampai tujuan.
Sesungguhnya jika kita sedikit berpikir lebih dalam, maka kita akan sampai pada sebuah pemahaman yang sederhana tetapi dapat menjadi salah satu cara untuk hidup dengan damai dan tak perlu ada perdebatan apalagi pertumpahan darah yang terjadi atas nama kebenaran yang kita anut.
Selalu saja kita sibuk pada hal-hal yang bersifat aksiden daripada hal-hal yang bersifat substansial. Kita terlalu sibuk memikirkan dan memperdebatkan nama tanpa memperdulikan siapa sieh sebenarnya pemilik nama. Apakah kita akan menyebut dia Allah SWT, atau Yahweh, atau Sang Hyang Widhi, atau apapun nama yang kita lekatkan atau DIA lekatkan pada dirinya. Nama tersebut bukanlah hal yang substansial. Lebih penting untuk mengetahui siapa pemilik nama-nama tersebut ketimbang memperdebatkan nama yang betul adalah nama yang mana.
Kebenaran itu tunggal. Karena kebenaran itu sempurna dan sempurna itu tunggal. Selain kesempurnaan hanyalah ketidak sempurnaan. Sehingga sempurna pastilah sebuah ketunggalan. Dan karena kesempurnaan itu tunggal, maka jalan menuju kesempurnaan juga pastilah sebuah jalan yang tunggal. Tetapi kendaraan menuju kebenaran tersebut dapat berbagai macam jenisnya.
DIA adalah kebenaran itu dengan banyak nama. Jalan menuju kepadanya pun hanya satu. Tetapi untuk menuju kepada-NYA kita dapat menggunakan berbagai jenis kendaraan yang berbeda.
Perdebatan yang sering muncul adalah perdebatan tentang tata cara menggunakan kendaraan yang berbeda-beda antara satu kendaraan dengan kendaraan yang lain. Kendaraan yang kita sebut sebagai agama. Atau lebih spesifik lagi disebut mazhab dalam agama.
Sehingga menurut saya secara sederhana kita tak perlu berdebat lebih jauh tentang kendaraan mana yang paling benar. Karena semua kendaraan itu benar. Tak perlu ada perdebatan tentang tata cara mana yang lebih baik. Karena masing-masing kendaraan memiliki caranya sendiri untuk berjalan.
Maka, ketimbang sibuk berdebat bahkan menumpahkan darah untuk hal yang tidak sepantasnya, maka lebih baik bagi kita untuk menjalankan kendaraan kita dengan caranya sendiri dan mulai berjalan menuju kebenaran. Bukankah hal itu lebih baik daripada sibuk berdebat dan mempersoalkan bagaimana orang lain mencoba untuk menjalankan kendaraannya sementara kita telah tertinggal karena tidak berjalan sama sekali.
Selamat menempuh perjalanan menuju kebenaran. Semoga selamat sampai tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar