Mungkin teman-teman sering mendengar rangkaian kata di atas. Mungkin akan semakin akrab karena
rangkaian kata tersebut telah menjadi judul lagu sebuah band papan atas di negeri ini. Sebuah band
negeri ini menurut saya secara pribadi..
saya tidak akan terlalu banyak membahas rangkaian kata tersebut dengan lebih mendalam pada tulisan
saya kali ini. Hanya sedikit mencoba untuk merefleksikan rangkaian kata tersebut dan kemudian
mengaitkannya dengan momen kemerdekaan negeri ini yang pada tanggal 17 agustus kemarin ganjil
berusia 65 tahun.
Apa yang aneh? Mungkin anda tak perlu lagi bertanya jika anda benar-benar “indonesia”. Tapi buat
yang belum (seperti saya ini) mari kita sama-sama merefleksikannya. Aku padamu, apa arti rangkaian
kata tersebut? jika anda bertanya pada guru bahasa indonesia anda, bertanya pada dosen bahasa
indonesia anda, atau pada mahasiswa jurusan sastra dan bahasa indonesia. Maka mereka akan secara
tegas menjawab bahwa rangkaian kata tersebut tak bermakna. Anehnya adalah rangkaian kata tak
bermakna tersebutlah yang kemudian menjadi judul lagu bagi band papan atas indonesia yang mencoba
untuk mencitrakan diri sebagai band yang sangat “indonesiais”.
Sungguh sebuah hal yang menyedihkan menurut saya. Mengapa? Saat bangsa ini mencoba untuk
merayakan kemerdekaannya, pada saat yang sama bangsa ini malah kehilangan identitas
kebangsaannya dengan menampilkan band yang bercitra “indonesia” tetapi malah tak bisa berbahasa
indonesia.apakah anda menyadari hal tersebut juga? Ataukah anda tak peduli akan hal tersebut? Saya
tak bermaksud untuk menghukumi anda, tetapi jika anda mencoba untuk merenunginya dengan lebih
mendalam, maka perasaan sedih yang saya rasakan mungkin juga akan anda rasakan.
Bangsa ini semakin kehilangan identitasnya, bahasa indonesia yang menjadi bahasa persatuan tetapi
pada saat yang sama kita memperkosanya dengan sesuka hati kita. Fenomena pemuda yang kebarat-
baratan dengan gaya yang sok berbahasa inggris. Pemerkosaan terhadap bahasa Indonesia lewat
percakapan keseharian kita yang menggunakan bahasa yang sok gaul, bahkan terkadang menjadi
identitas bagi sekelompok orang tertentu.
Sungguh sebuah hal yang cukup miris jika mengingat bahwa bangsa yang baru berusia 65 tahun ini
(jika dibandingkan dengan negara serupa Inggris dan perancis yang telah berusia jauh lebih tua) telah
hampir kehilangan identitas kebangsaannya. Tulisan ini adalah sebuah kritik buat diri sendiri, juga buat
mereka yang merasa. Semoga bisa membuat kita lebih baik dalam membentuk identitas kebangsaan
kita kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar