Selasa, 11 Juni 2013

Absurd............

selamat memasuki dini hari..
waktu dimana otakku mulai meliar, ditemani segelas besar kopi dan beberapa batang rokok..

mari menggila..

setelah berhasil mengupgrade sistem operasi telepon genggamku yang berbasis android, lalu berselancar ria di plurk dan gugel. serta sesekali mengintip wiki.. maka kegelisahan untuk mulai mengetik lagi adalah keniscayaan buat saya..


menikmati beberapa kenyataan bahwa lapar selalu menghasilkan pemberontakan, dan kenyang yang menenangkannya. saat beragama menjadi sebatas ritualitas simbolik dari gaya berpakaian hingga barisan ritual nirmakna karena keterasingan dan ketersesatan diri dalam belantara ritus dan simbol.

mendapati kenyataan bahwa perlawanan mahasiswa menjadi sekedar hadir tanpa substansi berarti, ibadah jalanan menjadi penyebab kemaksiatan. perjuangan yang terkotori oleh hasrat berkuasa.

aku tak lagi membaca buku-buku yang "berat" karena semuanya hanya sampai pada pahaman tak berwujud. aku tak lagi senang dengan orasi-orasi karena hanya sekedar teriak serupa konser band yang ngakunya rock tanpa spirit rocker. berteriak untuk menyanyikan lagu yang seharusnya cengeng..

hanya suka menikmati sendu tangis mereka yang tertawan oleh kedzaliman penguasa yang menginginkan untuk menyelamatkan kantong sendiri negara tanpa beripikir untuk menyelamatkan masyarakat yang menjadi warga negara.

aku tak lagi berteriak lantang dihadapan penguasa karena semua sudah terlalu lazim. melawan dengan cara yang berbeda. melawan dengan diam. dan berharap kelak Marx benar dalam teori perkembangan masyarakatnya.

tesis kubiarkan mengendap dalam laptop yang sudah berhari-hari tak pernah kuhidupkan. cukup dengan lagu, cukup dengan tawa, sesekali mabuk menikmati apa yang absurd.. lalu kau datang, mengetuk pintu pikiran..sedikit saja celetuk darimu.. lalu semua menguap.. masihkah kau seperti itu?

dipojok langit-langit ada mata yang menatap tajam mengalirkan darah ke ubun-ubun...

tak akan ada rasa sesal yang mampu merasukiku saat ini....semuanya terasa mengalir pelan, kelak mungkin saja akan berujung disatu titik yang saat ini masih gelap. aku bukan cenayang yang dengan merapal beberapa mantra akan tiba disebuah ketersingkapan pengetahuan yang melintas waktu. biarkan saja semua mengalir dan berhenti  saat napas tak lagi berhembus tak jua tertarik menembus paru.

aku suka saat ini tetapi berharap dapat segera tiba diujung jembatan keraguan. jembatan gantung keraguan yang terombang-ambing oleh kencangnya angin menghadirkan ekstase tersendiri. mengancam namun mencandu.

siapa saya saat ini tak penting untuk dipikirkan, akan jadi apa saya kelak bukan sesuatu yang terlalu realistis untuk dibahas. jalan bercabang dan beranting. kalau saja ada titik temu antara jalan yang satu dengan jalan yang lain anggap saja itu temu untuk sapa. partisi yang terbangun akan lebih kuat, yakinlah..saya tidak sedang bercanda..

tertawalah karena semua terasa lucu. lalu menangislah karena akhirnya kau menyadari bahwa yang kau tertawai adalah luka yang tak tersembuhkan.

bodohlah, jangan pintar. sebab pintar akan menuntutmu. sila menggila, sebab waras tak lagi jelas. kau cukup duduk di salah satu sudut jalan dan kau akan melihat bahwa hidup terlihat chaos. sekolah tak membuat mu menjadi manusia. lebih seperti robot dengan pola hidup mekanis. jam tujuh kau sudah harus berada dilapangan untuk apel selama setengah jam, menghormat pada selembar kain dwi warna. merah dan putih, lalu kau harus duduk dibalik meja hingga tiba waktu makan. dan kembali duduk lagi menanti waktu beranjak pulang. esok akan sama, begitu pula esoknya lagi.

saat menjadi robot itulah yang termaknai sebagai manusia dan menjadi manusia dikatakan gila...

hahahahaahahahaahahahahahahahaa............

1 komentar:

  1. suka paragraf terakhir, makanya gw udah lama ga ikut apel, karena sekedar rutinitas tanpa makna.
    well....sama seperti kewajiban duduk manis jaga meja di kantor tanpa melakukan apa2. keberadaan di kantor merupakan tanda kepatuhan, walau di belakang layar berkicau protes

    BalasHapus