Kamis, 09 Februari 2012

What is a name?


Apalah arti sebuah nama?
Ungkapan yang sangat terkenal yang sering dikutip, yang berasal dari dialog dalam adegan romeo and Juliet karya Shakespeare.
Meski disisi lain ada juga yang mengatakan bahwa nama adalah doa. Mungkin bagi seseorang seperti itulah keadaannya. Nama adalah doa orang tua kepada anaknya, tetapi jika melihat dari sisi yang lain, maka nama tak lebih dari sekedar sebutan yang menjadi penanda. Bukan sesuatu yang hakiki. Bukan sesuatu yang substansial.
Seseorang dengan nama yang penuh dengan nuansa religious, belum tentu menjadi seseorang dengan sikap yang religious pula. Bahkan dalam tesis yang dikeluarkan oleh Ferdinand de Saussure menyebutkan bahwa nama adalah sebuah kesemenaan mutlak dari pemberi nama. Sebuah bentuk arbitrasi yang dilakukan oleh pemberi nama terhadap objek yang diberi nama.
Nama hanyalah sebutan agar sesuatu atau seseorang dapat diidentifikasi sebagai dirinya dengan tanda-tanda tersebut. Nama bukanlah kedirian orang tersebut. Mawar akan tetap memiliki sifat mawar meskipun diberi nama yang lain. Pun demikian dengan matahari yang akan tetap memiliki sifat kematahariannya meski diberi nama dengan sebutan yang lain. Demikian menurut pendapat Ferdinand de Saussure.
Tetapi pendapat ini ditentang oleh para pemikir poststrukturalis yang mengatakan bahwa dalam memberikan sebutan atau nama pada sesuatu atau seseorang, maka sebutan atau nama tersebut tentunya tidak terlepas dari pengaruh pengetahuan dan ideology yang dianut oleh sang pemberi nama. Hal ini berkaitan dengan sangat erat dan dengan demikian maka asumsi arbitrer pada pemberian nama atau sebutan kemudian menjadi gugur.
Sebuah nama atau sebuah sebutan, pastilah memiliki keterkaitan erat dengan pengetahuan dan ideology dari sang pemberi nama. Sehingga dengan demikian, maka dapatlah menjadi penanda bukan hanya bagi yang diberi nama melainkan juga kepada pemberi nama.
Demikianlah nama dalam pembahasan filsafat bahasa (strukturalisme dan poststrukturalisme). Yang kemudian dalam pembahasa lebih mendalam pada filsafat eksistensialisme, dalam perspektif Soreen Abyee Kierkegaard dan Jean Paul Sartre, menyebutkan bahwa nama bukanlah penanda eksistensi kedirian seseorang atau sesuatu. Melainkan bahwa nama adalah esensi yang merupakan efek lanjutan dari keberadaannya sendiri.
Seseorang diberi nama karena dia ada, bukan karena ada namanyalah yang menyebabkan seseorang itu ada. Demikian secara sederhana dijelaskan oleh mereka pemikir eksistensialis. Meskipun pendapa ini juga mendapat sanggahan dari para pemikir esensialis yang berendapat berbeda.
Menurut kaum esensialis, bahwa pada benda atau hewan dan tumbuhan mungkin saja pendapat kaum eksistensialis benar, tetapi pada manusia, kondisinya menjadi berbeda. Karena menurut kaum esensialis, manusia adalah makhluk yang esensinya mendahului eksistensinya. Kesadaran akan keberadaan itu hadir sebagai efek lanjutan dari segala hal yang sifatnya esensial pada diri kita. Bukan sebaliknya.
Apakah nama anda cukup berarti buat anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar