Selasa, 01 Mei 2012

Makassar (Tidak) Kasar


Bagi orang Makassar mungkin sudah cukup gerah dengan persepsi bahwa orang Makassar itu kasar. Tetapi untuk menyangkalpun tidak mungkin karena pemberitaan di media menggambarkan hal seperti itu. Saya sebagai orang Makassar cukup gerah juga dengan persepsi itu. Tetapi sebagaimana yang lain, agak sulit untuk menyangkal realitas itu.

Sampai akhirnya saya mengingat-ingat lagi sebuah cerita kebijaksanaan lama tentang tiga orang buta yang disuruh memegang seekor gajah dan menjelaskan bagaimana bentuk gajah tersebut. Orang pertama memegang belalai gajah dan kemudian berkesimpulan bahwa gajah itu berbentuk bulat panjang seperti tali. Orang kedua memegang telinga gajah dan berkesimpulan bahwa gajah itu berbentuk pipih dan lebar seperti kertas. Sementara orang ketiga memegang perut gajah dan berkesimpulan bahwa gajah itu bulat dan besar seperti bola.
Pertanyaan yang hadir kemudian adalah, apakah ketiga persepsi itu salah? Jawabannya tentu saja tidak salah. Karena ketiga persepsi tersebut diambil langsung dari gajah. Kalau begitu, apakah ketiga persepsi tersebut benar? Jawabannya adalah persepsi tersebut benar tetapi tidak menggambarkan gajah secara utuh. Persepsi tersebut menggambarkan gajah secara benar tetapi hanya sebagian. Persepsi yang bersifat particular bukan universal.
Begitu pula yang terjadi dengan gambaran atau persepsi tentang orang Makassar yang kasar. Hal itu bukan tidak benar, tetapi hanya menggambarkan satu wajah Makassar dari banyak bagian lainnya yang tidak tergambarkan. Media yang memberikan persepsi tersebut tidak salah, tetapi juga tidak memberikan gambaran utuh tentang Makassar.
Oleh karena itu menurut saya baik orang Makassar maupun orang diluar Makassar dengan ini dapat lebih bijak dalam melihat “kasar”-nya Makassar. Sebagai orang Makassar kita tidak perlu membantah dengan begitu sengitnya bahwa Makassar itu tidak kasar, karena memang itulah salah satu wajah Makassar. Yang perlu dilakukan adalah menunjukkan wajah lain Makassar yang tidak diperlihatkan oleh media. Sementara orang yang bukan Makassar, perlu pula menyadari bahwa “kasar” bukan satu-satunya wajah Makassar.

1 komentar: