mungkin terdengar sedikit latah mengingat ramadhan masuk tanggal 1 pada hari ini (ketika tulisan ini diketik)..ada sebuah hal yang sangat menarik perhatian saya beberapa hari menjelang hari ini..juga menjadi sebuah ingatan lama tentang beberapa hari setelah 1 syawal (baca: idul fitri).. hal apa itu? saya terlalu bingung untuk menemukan kata yang tepat..tetapi bisa jadi dua kata berikut menjadi kata yang bisa merepresentasikan makna yang ingin saya ungkapkan..
pertama, kenaifan..mengapa kenaifan? paulo freire berbicara tentang kesadaran naif..kesadaran naif adalah sebuah kesadaran yang muncul tatkala menyeruaknya semangat perjuangan yang dihasilkan bukan dari perenungan dan kritisisme dalam menafsirkan realitas yang dihadapi, namun dihasilkan melalui indoktrinasi searah yang tidak memberikan ruang dialogis bagi sebuah pencarian akan kebenaran. dalam kaitannya dengan masalah ramadhan ini..kita menemukan budaya menjelang ramadhan berupa sebuah budaya untuk saling memaafkan..tetapi terkadang hal tersebut hanya sekedar sebuah ritual tanpa makna..sekedar sebuah indoktrinasi..hasilnya adalah sebuah kondisi dimana pulsa terbuang percuma tetapi tidak dibarengi dengan ketulusan maaf dari dalam hati.
kedua, kelatahan..yah sebuah aksi ikut-ikutan yang hadir menjelang ramadhan yang seolah kita tak lagi menjadi seorang yang tidak mengikuti zaman jika kita tak melaksanakannya..permohonan maaf yang sekedar sebuah trend baru pada moment yang bernama ramadhan ini..mungkin agak kasar, tetapi bahasanya mungkin akan lebih mudah terpahami dengan " mau dibilang gaul?? minta maaf menjelang ramadhan "..mungkin seperti itu..
ini adalah dua hal yang terlihat dalam pandangan mata saya yang terbatas..tetapi tidak hanya sekedar itu menurut pikiran saya..bahwa ada sesuatu yang bermakna filosofis, magis, dan mistis di balik budaya ramadhan ini..permohonan maaf yang hadir seolah menjadi dentang bell pertanda keinginan kita untuk kembali kepada kesejatian diri kita yang suci secara fitrawi..sebuah tanda bagi kita yang berpikir bahwa hal ini..momen dan budaya ini adalah tanda bahwa sejatinya yang diinginkan oleh seseorang itu adalah sebuah kesempurnaan hidup ruhani..kita tak menolerir sebuah noda setitik pun pada diri kita..sehingga secara otomatis kita akan meminta maaf..mengapa hanya pada saat ramadhan? hal ini bisa saja terjadi karena ramadhan adalah moment yang tepat untuk itu..dimana semua orang bersuka-cita menyambutnya dan secara beramai-ramai meminta maaf..sehingga kita tak lagi terlalu canggung untuk meminta maaf.
nyatalah bahwa diri kita tak bersedia untuk menerima cela. secara filosofis keagamaan kita, tersebutkan bahwa dengan adanya akal yang ditempatkan pada diri kita, maka pada saat yang sama kita diberikan kemampuan untuk memiliki ikhtiar yang dengannya kita dapat menentukan pilihan hidup kita..tetapi pada saat yang sama kita juga tercipta secara fitrawi untuk menolak ketidaksempurnaan..maka setiap gerak kita pun akan menuju pada sebuah titik yang bernama kesempurnaan..
budaya meminta maaf ini adalah sebuah budaya yang terlepas dari bahasa saya diatas yaitu sebuah kenaifan ataupun sebuah kelatahan..tetap saja budaya ini bernilai positif..sebuah budaya yang secara eksistensial menunjukkan kedirian kita dan pada saat yang sama dengan sebuah perenungan mendalam mencoba untuk mengembalikan kita dari keterasingan kita selama ini dalam menjalani hidup..sebuah budaya yang mengembalikan diri kita kepada diri kita bukannya kepada sesuatu yang lain yang dilekatkan kepada diri kita..
dengan meminta maaf, kita secara langsung telah menyadarkan diri kita sendiri akan keberadaan kita..sesuatu yang mungkin telah lama tak lagi kita sadari karena tergerus oleh pelekatan-pelekatan label tertentu kepada diri kita sendiri..
selamat memasuki bulan suci ramadhan..semoga dengan permohonan maaf kita kepada sesama akan membawa rahmat ampunan dari DIA sang pemilik maaf dan segala kesempurnaan..mohon maaf lahir dan bathin..
nice post bradah... :)
BalasHapus*like this*