Buat teman-teman mahasiswa ekonomi unhas tentunya sudah tak lagi heran bahkan menganggap biasa pemandangan di koridor kampus terutama FIS I pada pukul 10-an. Tetapi buat teman-teman dari fakultas yang lain, mereka akan merasa bahwa mereka sdang tidak berada di kampus pada pukul 10-an di koridor FIS I. mereka akan melihat lebih mirip catwalk daripada koridor kampus. Segala bentuk dari neoliberalisme hadir dan mewujud dalam rupa yang beragam disana.
Handphone termutakhir, kosmetik dengan varian paling baru, pakaian trend terbaru, laptop dengan teknologi paling modern, dan bentuk lainnya hadir di tempat itu. Bentuk konsumerisme yang paling riil mewujud tanpa tersaring ditempat itu.
Sadarkah bahwa neoliberalisme yang selalu menjadi pembicaraan hangat dalam forum-forum kemahasiswaan itu telah mewujud dengan begitu nyatanya dihadapan kita dan kita seolah tak menyadarinya bahkan terkesan membiarkannya. Lembaga kemahasiswaan yang selalu mengklaim diri sebagai gerbang perjuangan aspirasi rakyat tak bisa berbuat apa-apa sementara neoliberalisme telah mengobrak-abrik isi dapur kita.
Materi-materi pengkaderan yang selama ini kita ajarkan kepada adik-adik dalam forum pengkaderan tak ubahnya hanya seperti dongeng pengantar tidur yang akhirnya terlupa dikala bangun. Dengan menggunakan analisis sederhana dalam perspektif Foucault dapat terlihat sebuah pola relasi modal dan kuasa dalam mengkooptasi pemikiran kaum intelektual serupa mahasiswa. Kampus sebagai sebuah rumah bagi kultur intelektual akhirnya tergerus dan menjadi misionaris konsumerisme terdepan.
Sebuah doktrin tentang kecantikan yang senantiasa dihembuskan oleh media seakan tak mampu dihadapi oleh penjelasan rasional oleh lembaga kemahasiswaan. Akhirnya dapat terlihat mahasiswa adalah pelaku utama dalam sebuah lingkar konsumerisme. Silahkan bertanya pada diri anda secara pribadi, berapa banyak pengeluaran anda yang anda habiskan untuk mempercantik diri anda sesuai standarisasi media? Seberapa sering anda mengganti handphone anda demi sebuah prestise dan kebanggaan disebut sebagai orang yang modern.
Kehadiran miss universe dan ajang kecantikan yang lainnya semakin menunjang hegemoni konsumerisme tersebut. Sebuah Mental Victorian yang dihembuskan dan terus-menerus diulang-ulang akhirnya memenuhi alam bawah sadar kita. Dan menjadi sebuah penggerak alam sadar kita dalam berbelanja. Pernahkah sekali saja kita mempertimbangkan kebutuhan kita sebagai alasan dalam mengonsumsi sesuatu? Ataukah kita hanya merasa membutuhkan saja?
Coba lihat bagaimana pusat perbelanjaan dibangun disekeliling kampus. Dan coba pikirkan apa yang menjadi efek dari hadirnya pusat-pusat perbelanjaan tersebut. Bagaimana efeknya terhadap jiwa mengeritik dan memperjuangkan aspirasi rakyat pada mahasiswa dengan hadirnya pusat-pusat perbelanjaan tersebut. Sadarkah kita bahwa masuknya sebuah bisnis frenchise dalam kampus akan menjadi pintu masuk bagi bisnis-bisnis sejenis dalam skala yang lebih besar lagi. Dan hal tersebut akan mengakibatkan tergusurnya pedagang kecil (baca: mace-mace) yang mencari nafkah didalam kampus. Sudah saatnya untuk melihat realitas-realitas ini sebagai sebuah fenomena sosial yang perlu mendapatkan pemikiran yang lebih mendalam bukan hanya sekedar sebuah kejadian tanpa makna lagi.
Salam untuk kalian yang masih memperjuangkan nasib rakyat.